Kemana Kalbar Book Fair? Sebuah Pertanyaan Untuk yang Merindukan
Tahun 2016, sebuah kejutan untuk masyarakat Kalimantan Barat terutama untuk
orang-orang yang suka membaca. Perpustakaan Provinsi Kalimantan Barat membuat
terobosan baru dengan cara mengadakan event buku yang menurut saya
terbesar di Kalimantan Barat. Event itu bernama Kalbar Book Fair.
Siapa yang bakal menyangka (saya yang menulis saja tidak menyangka sampai
sekarang), Perpustakaan Provinsi Kalimantan Barat akan menyelenggarakan event
seperti itu. Biasanya event yang ada hanya pameran properti, komputer,
dan beberapa event yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk
memeriahkan hari jadi Provinsi ataupun Kota. Tapi ini, pameran buku ditambah
bedah buku dengan penulisnya langsung (ya kalau tidak sama penulisnya langsung,
mau sama siapa lagi?).
Saya masih ingat, event ini bertajuk kampanye cinta perpustakaan. Event
ini tentunya hadir untuk menumbuhkan budaya membaca masyarakat Kalimantan
Barat yang masih terjerumus dalam peringkat tiga terbawah seluruh Indonesia.
Iya, saya tidak bohong. Kita masuk dalam peringkat 3 terbawah dari 34 Provinsi
yang ada di Indonesia menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
penilaian indeks alibaca dengan nilai 28,63. Di atas Papua Barat yang memiliki
nilai 28,25. Terkejut? Santai. Minum dulu.
Ada beberapa agenda dalam event bertajuk kampanye cinta
perpustakaan. Pertama, Perpustakaan Provinsi Kalimantan Barat menyelenggarakan nonton
bersama film dokumenter atau film pendek di Canopy Centre. Setelah itu, agenda
yang ditunggu hadir. Bazar buku dan bedah buku bersama penulis lokal dan
nasional. Bang Bernard Batubara pulang kampung, Bang Aan Mansyur hadir ke
Pontianak. Acara semakin meriah.
Saya masih ingat, betapa hebohnya teman-teman SMA saya ketika event
ini akan mulai. Berbondong-bondong mereka mencari kupon dan beberapa dari
mereka yang tidak mendapatkannya lantas bertanya kepada saya apakah masuknya
bayar dengan harap-harap cemas dengan isi dompet yang tak bersahabat.
“Tadak. Masoknye bayar parker jak,” ucap saya.
Sukses dipelaksanaan pertama, lantas membuat Perpustakaan Provinsi
Kalimantan Barat membuat inovasi acara yang lebih menggoda. Mendatangkan
beberapa penerbit lokal dan nasional, turut menghadirkan Mas Puthut EA dan Kang
Maman Suherman serta ditambah bedah lirik lagu band lokal. Lagi-lagi, acara ini
mengundang orang banyak walaupun tidak semua masyakarat Kalimantan Barat
merasakannya.
Dengan dikatakan acara yang meriah, tiba-tiba saja di tahun depan acara itu
hilang. Orang-orang heran. Kemana sebenarnya Kalbar Book Fair? Hingga akhirnya
tahun selalu berganti dan berganti. Saya dan beberapa orang yang rindu terus
bertanya kapan Kalbar Book Fair akan hadir lagi?
“Kapan lah ye jar Kalbar Book Fair ade lagi?” tanya bang Varli Pay Sandi
kepada saya pada suatu pertemuan.
“Ha, saye pun ndak tau gak bang,” jawab saya.
2020. Sudah empat tahun jarak diciptakan oleh waktu dari penyelenggaraan
pertama Kalbar Book Fair. Sampai saat ini saya masih merindukan event
buku terbesar di Kalimantan Barat ini. Terkadang, ketika membuka Instagram dan
melihat akun pameranbuku yang menanyakan kota yang ingin dikunjungi, saya
selalu menjawab kolom komentar dengan Pontianak, kota tercinta saya, untuk
menuntaskan rindu walau sebenarnya saya tahu saya akan merasakan cinta bertepuk
sebelah tangan alias tidak kesampaian acaranya hadir di Pontianak.
Pergi kemanakah Kalbar Book Fair sekarang? Apakah dia pergi dalam ingatan
kita dan memutuskan menetap dalam kenangan di diri kita? Apakah
Kalimantan Barat akan menyelenggarakan event seperti itu lagi? Dan
akhirnya beberapa pertanyaan terus bermunculan untuk yang merindukan.
Komentar
Posting Komentar