Minat Baca dan Tantangannya

Minat Baca dan Tantangannya


Sebuah negara dapat dinyatakan sebagai negara maju salah satunya diukur dari aspek mutu sumber daya manusia yang terdapat pada negara tersebut. Pendidikan adalah aspek penting yang menentukan mutu sumber daya manusia. Pendidikan tidak hanya bisa diraih melewati jalur pendidikan formal tetapi pendidikan juga dapat diraih melewati dengan cara lain salah satunya membaca di Perpustakaan. Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Membaca juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Pengertian lain dari membaca yaitu merupakan suatu cara untuk mendapatkan sebuah informasi dari sesuatu yang ditulis.

Permasalahan utama yang dialami oleh negara kita ini yaitu masih kurang sadarnya masyarakat akan pentingnya membaca. Masyarakat masih memandang budaya membaca adalah perihal yang kurang penting dan ditambah oleh perkembangan teknologi yang banyak digunakan hanya untuk sekadar bermain game, membuka aplikasi media sosial, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan penghambat masyarakat di negara ini untuk bisa sadar akan pentingnya budaya membaca.

Dalam data hasil survei Most Littered Nation In The World dijelaskan bahwa Indonesia pada tahun 2016 menduduki peringkat 60 dari 61 Negara. Penelitian PISA (Program for International Student Assessment) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 menunjukkan rendahnya tingkat literasi Indonesia dibanding negara-negara di dunia. Ini adalah hasil penelitian terhadap 72 negara. Respondennya adalah anak-anak sekolah usia 15 tahun, jumlahnya sekitar 540 ribu anak 15. Sampling error-nya kurang lebih 2 hingga 3 skor. Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara yang disurvei (bukan 72 karena 2 negara lainnya yakni Malaysia dan Kazakhstan tak memenuhi kualifikasi penelitian). Indonesia masih mengungguli Brazil namun berada di bawah Yordania. Skor rata-rata untuk sains adalah 493, untuk membaca 493 juga, dan untuk matematika 490. Skor Indonesia untuk sains adalah 403, untuk membaca 397, dan untuk matematika 386.

Dari data-data ini kita tidak bisa menyangga bahwa Indonesia sedang dalam kondisi tidak baik dalam perihal minat baca. Negara kita sedang dilanda krisis minat baca apalagi perkembangan zaman yang semakin pesat membuat anak-anak dan remaja hanya menggunakan gadget mereka hanya untuk bermain game, membuka media sosial, dan masih banyak lagi.

Hal ini harus kita sadari sebagai pustakawan. Perkembangan teknologi tidak mampu kita hindari karena sekarang teknologi sudah seperti kebutuhan orang-orang terutama gadget yang bahkan anak kecil sudah bisa memegangnya dan menggunakannya.

Perkembangan teknologi dapat membantu kita dalam membangun minat baca atau budaya membaca. Perpustakaan Nasional bahkan Perpustakaan Provinsi sudah memiliki aplikasi perpustakaan online seperti iPusnas milik Perpustakaan Nasional, iKalbar milik Perpustakaan Provinsi Kalimantan Barat, iJakarta milik Perpustakaan Provinsi DKI Jakarta, dan lain sebagainya.

Aplikasi perpustakaan online tentu memudahkan para pembaca yang tidak bisa lepas dari gadget agar bisa membaca. Kita juga tidak perlu pergi ke Provinsi tertentu karena aplikasi perpustakaan online telah memudahkan kita untuk membaca buku. Dimana dan kapan kita bisa meminjam buku tanpa harus melihat lokasi kita sekarang dimana dan apakah perpustakaan sudah tutup atau tidak.

Dengan adanya perpustakaan online berbentuk aplikasi tidak membuat semua masyarakat pindah ke perpustakaan online tersebut. Masih ada pemustaka yang lebih suka mengunjungi perpustakaan secara langsung karena bagi mereka membaca buku secara langsung lebih nyaman dibandingkan dengan membaca di aplikasi perpustakaan online. Agar pemustaka bisa nyaman membaca di perpustakaan, pustakawan juga harus mencari cara agar pemustaka bisa nyaman membaca dan membuat mereka juga ikut mengajak orang-orang di sekitar mereka.

Penyediaan bahan-bahan yang memenuhi selera (taste), kebutuhan (needs), dan tuntutan (demand) akan menambah intensitas pengunjung ke perpustakaan. Selain itu, untuk meningkatkan minat baca pemustaka, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pustakawan yang terdiri dari:

1. Menata ruang baca sedemekian menarik, nyaman, dan menyenangkan

2. Mengenalkan buku dan bacaan sesuai dengan jenjang usia

3. Mengadakan kegiatan bercerita untuk anak-anak dari buku dan teknik yang baik

4. Melakukan bimbingan dan latihan menggunakan fasilitas perpustakaan secara teratur. Mungkin jika hanya pustakawan yang bergerak agar minat baca masyarakat membaik terdengar seperti nada yang sumbang. Kenapa? Karena jika hanya pustakawan yang menyerukan tanpa ada gerak dari masyarakat, semuanya menjadi hal yang sia-sia. Masyarakat juga berperan penting dalam menumbuhkan minat baca karena dari tatanan masyarakat yang mendukung minat baca, seseorang di lingkungan tersebut dapat menjadikan membaca sebagai budaya. Selain itu, dalam kurun waktu terakhir, beberapa masyarakat sudah sadar akan pentingnya membaca dan membuat mereka akhirnya membentuk sebuah perkumpulan untuk mengajak orang-orang untuk ikut membaca. Mereka mengajak dengan cara sederhana. Membuka tempat bacaan seperti lapak jalanan di taman-taman kota. Tentu dengan bahan pustaka yang seadanya dan yang mereka miliki atau dengan membuka taman baca dan lain-lain. Hal ini harus diapresiasi oleh perpustakaan dan pemerintah dengan dukungan moral maupun moril. Dengan semangat membangun minat baca yang sama, apakah perlu pertanyaan-pertanyaan tentang meningkatkan minat baca terlontar? Semoga tidak.

Komentar

Postingan Populer